Kamis, 21 Agustus 2014

ORAÇÃO PELOS QUE JÁ SE FORAM


Glória a Ti, ó Senhor, meu Deus! Não rebaixes a criatura que exaltaste através do poder da Tua soberania eterna nem removas para longe de Ti aquele que fizeste entrar no tabernáculo da Tua eternidade. Queres Tu expulsar, ó meu Deus, o ser que amparaste com Tua proteção, e consentes em afastar de Ti, ó meu Desejo, aquele para o qual foste um refúgio? Podes Tu humilhar a quem elevaste, ou esquecer aquele a quem deste o poder de se lembrar de Ti?
Glorificado, imensamente glorificado és Tu! És Aquele que sempre foi o Rei da criação inteira e seu Primeiro Impulsor, e -haverás de permanecer para sempre o Senhor de todas as coisas -criadas, O que as rege. Glorificado és, ó meu Deus! Se Tu -deixares de ser misericordioso para com Teu servos, quem, então, haverá de lhes mostrar misericórdia? E se Tu recusares socorrer Teus bem amados, quem poderá socorrê-los?
Glorificado, imensuravelmente glorificado és Tu! És adorado em Tua verdade e a Ti nós todos veramente adoramos; e estás -manifesto em Tua justiça, e a Ti nós todos veramente damos testemunho. És, em verdade, amado em Tua graça. Não há outro Deus além de Ti, o Amparo no Perigo, o que Subsiste por Si Próprio.

ORAÇÃO DE AÇÃO DE GRAÇAS.


Senhor, eu Te louvo e Te agradeço por tudo o que tenho recebido de Ti. Agradeço-Te pela vitória nas lutas que travei, pela força que recebo dia-a-dia, pelo meu trabalho e pela família.
 Obrigado, Senhor, pela Tua bondade, por Tuas maravilhas e pelas bênçãos que o Senhor tem me dado. Louvado seja o Teu Nome, ó Altíssimo, porque reconheço que foi o Senhor que me deu todas as coisas, porque posso falar contigo e porque me escutas.
Digno és, pois Tu és o grande Deus, uno e verdadeiro e não há outro como o Senhor. Louvarei ao Senhor e exaltarei Teu nome para todo o sempre!
Quero te agradecer porque o Senhor perdoou os erros do meu passado e também porque abençoa o meu presente e me assegura um futuro promissor.
Em nome de Jesus,
Amém.

Perpisahan


Sebentar lagi, semua yang baru akan segera dimulai. Tentang sebuah cita - cita, masa depan, dan perubahan.

Ketika satu persatu di antara mereka pergi, meninggalkan sejumput kenangan di hati dan seonggok cerita yg tersisa di ujung hari. Getir pahit mulai terasa saat semua itu hanya menjadi sebuah kisah saja.

Siapa yang menyangka, bahwa satu bulan itu terasa sangat singkat? Hari yang berubah jadi minggu. Kemudian minggu menjadi bulan. Setelah itu, tidak ada yang tahu sudah banyak waktu yang terbuang begitu saja. Dan satu bulan itu bukan waktu yang lama. Sebab, beberapa di antara mereka mungkin tidak akan berpikir demikian. Hingga pada akhirnya mereka menyadari, banyak hal yang telah berubah. Banyak masa yang terlintas percuma.

Aku sendiri tidak pernah mengetahui kenapa waktu terlewati begitu sangat cepat sehingga membuat semua ini terasa sungguh singkat. Saat aku berharap beberapa waktu yang tersisa masih dapat kuabadikan dengan beberapa kenangan berharga. Tetapi, apalah arti sebuah harapan ketika keadaan tidak ingin menghendakinya? Di situlah semua rasa sesal itu timbul.

Satu demi satu mulai bersiap – siap melanjutkan hidup mereka. Meninggalkan tanah kampung halaman, lalu meneruskan semua yang sudah mereka putuskan sebelumnya.

Kakakku… Hari ini dia pergi, kembali ke tempatnya di ibu kota Negara untuk melanjutkan tugasnya. Ketika ia datang, semua terasa sangat berbeda. Semua berubah menjadi sangat hangat. Suasana kekeluargaan itu terasa sangat kental. Bahkan, aku sempat menganggap kedatangan ia di sini mungkin dapat kuhabiskan dengan sempirna. Terutama ketika kami menghabiskan sejumlah waktu berharga – yang rasanya tidak ingin kami sia – siakan begitu saja. Tetapi, waktu yang merambat semakin cepat. Hingga pada hari terakhir keberadaan ia di sini, aku merasa sangat kehilangan. Hilangnya satu orang, bersama satu kesempatan yang hanya kudapatkan sekali dalam setahun.

Kemudian, para sepupuku. Kehadiran mereka di sini mungkin cukup meninggalkan kesan yang indah. Walau, kutahu waktu yang kulewati bersama sungguhlah tidak terlalu banyak. Terlebih, kedatangan mereka di sini terbilang lebih awal. Tapi, tetap saja semua itu meninggalkan bekas cerita di relung jiwa. Sama halnya seperti keberadaan kakakku. Waktu yang bersanding di antara kami pernah kuremehkan. Dua bulan sejak kedatangan mereka mungkin terbilang cukup lama. Ternyata tidak. Semua tidak seperti yang kupikirkan. Sama saja, waktu berjalan sangat cepat sehingga mendesakku agar merelakan kepergian mereka esok lusa, untuk memperjuangkan cita – cita mereka.

Aku sendiri yang hadir di sini, diam – diam telah mempersiapkan semuanya dengan baik. Aku telah merencanakan sejumlah hal penting yang akan kubawa saat kepergianku nanti. Setelah berlama – lama di sini, terjerat dalam berbagai macam keadaan, terusik oleh situasi yang beragam, akhirnya hari itu akan segera kujelang. Delapan bulan hadir di sini tentu membawaku ke suatu zona yang akan selalu kurindukan.


Tempat di mana aku menggabungkan segala kesedihan dan kebahagiaan itu menjadi satu. Saat di mana aku merasakan kehangatan yang tidak dapat kutemui di seluruh dunia. Begitulah, rumah. Benar kata pepatah, rumahku adalah surgaku.

Delapan bulan sejak kedatanganku kembali di sini, semua masih terlihat baik – baik saja. Bahkan itu terasa seperti mimpi. Karena, paginya aku masih dapat merasakan iklim Jakarta, lalu siangnya aku berada di Bangka dengan atmosfir yang sungguh berbeda. Delapan bulan begitu saja. Kujalani semua hariku dengan rentetan aktivitas yang tidak dapat kuhapal seperti apa bentuknya. Mungkin ada yang dapat kuingat. Hanya saja, semua itu sungguh menyakitkan bila harus kuingat lagi di keadaan seperti ini. Aku tidak dapat menyanggupinya.

Dan dua minggu yang tersisa, mungkin tidak akan terasa sangat lama. Sejujurnya pun, aku tidak ingin sama sekali mematuhi keegoisanku untuk pergi. Aku tidak ingin pergi. Aku tidak ingin berpisah dengan kedua orang tuaku dan elemen – elemen berharga yang berada di sini. Semua itu terlalu manis. Tetapi, aku bisa apa? Saat kuketahui tidak ada yang dapat kulakukan di sini, haruskah aku setia bertahan?

Aku mungkin akan kehilangan sosok ayahku jika aku berada di sana. Aku juga harus bersiap – siap merindukan ibuku yang tidak dapat kugantikan dengan siapapun. Mereka selalu membuatku berharga. Itulah kendalanya kenapa aku merasa sangat ragu untuk memenuhi keinginanku ini.

Tuhan, jikalau aku memang harus pergi nanti, kuatkanlah aku agar aku dapat bertahan dalam kondisi yang seburuk apapun. Dan jika nanti perpisahan itu harus benar – benar kujelang, berikanlah aku kekuatan agar aku mampu menerjang segala kesedihan yang menghadapiku. Yakinkan aku dengan seluruh kekuatan-Mu, Tuhan.

Suatu hari, aku pernah menyimpulkan, Tuhan menciptakan sebuah perpisahan di akhir pertemuan, sebagaimana mestinya Ia menghadirkan Hawa sebagai pasangan Adam. Tuhan menciptakan garis kesedihan, untuk memberi warna pada sebuah lini kebahagiaan. Tuhan menganugrahkan hal manis, untuk menggantikan hal yang terasa sangat pahit. Sebab, semua yang berada di dunia ini, tercipta untuk saling melengkapi.

Balasan Untuk Jatuh Cinta Diam-Diam


Diam, katanya emas. Jika memang begitu, harusnya orang yang jatuh cinta diam-diam praktis menjadi orang terkaya di dunia. Aku tahu! Mengapa jatuh cinta diam-diam tak kunjung membuat pelakunya kaya? Karena ‘emas’ yang di dapat karena diamnya habis digerogoti rasa penasaran dan kelelahan menebak-nebak.
Sesungguhnya benak orang yang jatuh cinta diam-diam adalah benak yang paling cerewet. Dalam pikirannya, orang yang jatuh cinta diam-diam akan terus berceloteh, bertanya, dan lagi, menebak. Mungkin terlihat tak ada lelahnya. Tetapi sebenarnya tak ada yang pernah menginginkan itu, hanya saja tak ada yang kuasa ketika itu menimpa dirinya.
Pertanyaan demi pertanyaan terus saja menghiasi pikiran. Aku, juga pernah jatuh cinta diam-diam. Kurang atau lebihnya, aku selalu bertanya.
“Apakah dia tahu kalau aku sering memandanginya bahkan ketika dia melakukan aktivitas sekecil apa pun?”
“Apa dia pernah melihatku, menyadari keberadaanku? Atau aku begitu tak nyata?”
“Pernahkah sedikit saja terlintas dalam pikirannya tentang aku?”
“Mengapa dia mengenakan baju dengan warna seperti warna kesukaanku?”
“Mengapa dia menyanyikan lagu favoritku di lorong kelas tadi?”
“Ah, bagaimana bisa dia bercerita ke temannya baru saja menonton film yang sudah berkali-kali aku tonton karena aku sungguh menyukainya?”
“Apakah dia punya perasaan yang sama denganku?”
Aku sering merenung, khususnya di malam hari. Tak mengerti mengapa hubungan antara satu manusia dengan manusia lain bisa begitu rumit, atau dibuat rumit oleh manusia itu sendiri? Entah.
Setahuku, komunikasi bisa meluruskan semuanya, menghilangkan penasaran, menghentikan kamu menebak-nebak. Bicara, dan kamu akan berhenti untuk lelah.
Karena orang yang jatuh cinta diam-diam, cintanya juga bisa berbalas. Balasan berupa penerimaan diam-diam, penolakan diam-diam, atau mungkin diabaikan diam-diam.

Miliki 6 Hal Ini Pertanda Anda Sudah Siap Pacaran


Banyak orang yang masih berstatus single berharap bisa bertemu dengan orang yang mencintai dan dicintainya, lalu menjalin hubungan pacaran. Namun tak sedikit yang menyadari bahwa dalam pacaran pun banyak tantangan yang harus dihadapi. Nah, bila Anda adalah single dan mengaku siap untuk pacaran, Anda patut mengecek 6 hal ini dalam diri Anda.
Punya Prinsip
Seseorang yang punya prinsip adalah orang-orang yang terbilang matang secara pemikiran. Orang-orang seperti ini akan cenderung mencari seseorang yang kepadanya ia dapat berbagi banyak hal tentang masa depan dan tujuan-tujuan hidup yang lebih baik.
Pulih dari masa lalu
Pelantun lagu let it go, Idian Menzel adalah satu dari sekian banyak wanita single yang mengaku masih belum siap untuk kembali pacaran setelah menjadi seorang ibu tunggal setelah berpisah dari suaminya Taye Diggs, seorang aktor. Dirinya bahkan mengaku masih belum lepas dari pahitnya perceraian ayah ibunya. Bila bayangan masa lalu masih terus membekas, maka segeralah melangkah membuka lembaran baru, miliki hubungan baru tanpa ada sisa di masa lalu.
Menjadi single bahagia
Bila waktu-waktu kesendirian Anda dimanfaatkan dengan melakukan beragam aktifitas untuk meningkatkan produktifitas diri, maka Anda adalah single yang bahagia dan tetap merasa nyaman. Sehingga sebelum menjalani hubungan dengan seseorang, Anda sudah menunjukkan diri Anda bahwa menjadi single bukan menjadi persoalan.
Sudah matang dan bertanggung jawab
Saat Anda sudah bertanggung jawab terhadap diri sendiri, maka saat pacaran pun Anda sudah dipercayakan untuk menjaga diri, baik bertanggung jawab untuk kesehatan, hati atau masa depan. Rasa percaya dan tanggung jawab menjadi salah satu pondasi penting dalam menjalin suatu hubungan.
Siap menjadi penengah dan mengalah
Setiap hubungan tentunya menghadapi perbedaan-perbedaan yang menimbulkan konflik di suatu ketika. Nah, sebagai pasangan Anda sepatutnya menjadi pribadi yang siap untuk mengalah dan mencoba untuk meredam konflik yang memicu pasangan Anda untuk marah atau kesal kepada Anda.
Memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan
Setuju atau tidak, pacaran adalah jenjang dimana dua pribadi dipersiapkan untuk saling mengenal hingga keduanya siap melangkah menuju pernikahan suci. Sehingga untuk menemukan pasangan yang sepadan dan pasangan yang dipilihkan Tuhan, maka mintalah dari Tuhan lewat hubungan yang baik dengan-Nya. Ketika Anda sudah mencintai Tuhan lebih dari mencintai manusia, maka percayalah Anda akan dipertemukan dengan pribadi yang dengannya Anda dapat berbagi tentang kasih Tuhan.