Kekaguman saya yang begitu besar terhadap
militer, khususnya dalam pola pendidikan karakter membuat saya memcoba untuk
mengulas sedikit tentang Wajib Militer yang kini sedang gencar dikampanyekan.
Masih ingat dalam benak kita semua, sebenarnya apa yang mendasari pendidikan
baris berbaris dengan tentara, bukannya tentara itu tugasnya berperang?.
Sepintas memang tidak ada, tetapi dalam militer baris berbaris adalah elemen
paling dasar yang harus diberikan kepada prajurit baru. Tujuan dari latihan
baris-berbaris ini tidak lain adalah untuk menanamkan nilai melalui gerak fisik
dan konsentrasi diri. Setiap prajurit diajarkan untuk cermat bertindak sesuai
dengan aba-aba, perintah dan pelaksanaan gerak yang harus seragam. Disinilah
arti 115 hari sebagai pembentukan sikap dan penanaman nilai pada diri setiap
prajurit, meskipun tentunya ditunjang oleh materi pendidikan lainnya. Disiplin
adalah nafasku, kesetiaan adalah kebanggaanku, kehormatan adalah
segala-galanya. Anda akan sering mendengar slogan tersebut di atas, apabila
Anda sering mengikuti pelatihan baris berbaris.”
Kalau ingin mengenal lebih jauh, sebenarnya
berbaris pertama kali dikenal pada jaman Kekaisaran Romawi pada saat Kaisarnya
Julius Caesar, dengan maksud agar pasukan yang berada dibawah kekuasaannya
mempunyai rasa tanggungjawab, disiplin yang tinggi dengan melihat hasil lahir,
yaitu kerapihan, kekompakan, ketertiban dan kesigapan. Bentuk disiplin yang
dilakukan oleh Julius Caesar ini kemudian terbukti efektif sebagai taktik
manajemen manusia dan berhasil membentuk tentara yang kuat diera kekuasaannya”.
Permasalahan digalakkannya pendidikan
karakter muncul berawal dari keprihatinan para orangtua yang menyaksikan kenyataaan semakin banyaknya
deviasi yang berkaitan dengan karakter sebagian kecil anaknya yang kurang
baik. Beberapa karakter dasar yang
dianggap kurang baik itu antara lain tanggungjawab (responsibility)
kedisiplinan (diciplinary), peduli (care), hormat (respect), jujur
(honest), cinta tanah air (patriotism).
Menyikapi hal ini dalam implementasi
pendidikan karakter beberapa kalangan didunia pendidikan sempat berwacana perlu
pemberlakuan wajib militer. Hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan
sebagian negara-negara besar, contohnya Amerika Serikat dan China, yang juga
memberlakukan wajib militer. Amerika Serikat adalah negara yang menganut
politik supermasi sipil (warga Negara sipil yang boleh ikut berpolitik praktis,
militer tidak), tapi sejak lama sudah memberlakukan UU Wajib Militer
dinegaranya. Para pemimpin bangsa Amerika, hampir seluruhnya adalah veteran
perang dunia II atau perang Vietnam yang sangat berpengalaman dalam manajemen
militer yang kemudian ditransformasikan
kedalam manajemen sipil di Amerika Serikat. Sejak lulus sekolah menengah, para
pemuda masuk dalam pusat pelatihan militer. Para pemuda digembleng menegakkan
disiplin selama berbulan-bulan. Tentu saja hasilnya rata-rata pemuda
negeri-negeri tersebut memiliki karakter yang baik, yaitu memiliki sikap
tanggungjawab, disiplin, mandiri, peduli, maupun patriotik.
Dalam sejarah perkembangannya sebenarnya
pendidikan karakter adalah gagasan dipopulerkan Lawrence Kohlberg. Sosok
Lawrence Kohlberg sendiri adalah seorang profesor Psikologi Pendidikan dan
Sosial di Harvard University. Ia dikenal sebagai teoritikus moral dan karakter
yang berpengaruh pada abad 20. Salah satunya adalah Teori Tahapan Perkembangan
Moral yang menjadi cikal bakal format Pendidikan Karakter. Di Amerika Serikat
Pendidikan karakter popular sebagai upaya Presiden Bill Clinton untuk menekan
angka kehamilan remaja, pemakaian narkotika, kekerasan di sekolah, dan
kriminalitas jalanan yang penanganannya bagai buntu ditengah jalan.
Diakui atau tidak nilai-nilai patriotism
dan nasionalisme yang notabene adalah nilai-nilai kebangsaan, kian hari semakin
luntur dari pribadi generasi muda kita. Oleh karena itu dalam rangka
mengaktifkan kembali pola penanaman nilai-nilai kebangsaan tersebut, peran
militer menjadi penting khususnya dalam membentuk sinergitas sebagai salah satu
komponen bangsa.
Sinergitas dan pemahaman fungsi dan peran
masing-masing pihak menjadi jawaban terhadap bentuk pendidikan karakter yang
akan ditampilkan. Hingga pada akhirnya pendidikan karakter akan melahirkan
calon pemimpin bangsa yang bermoral, professional, berkualitas dan mampu
menghadapi tantangan masa depan.
Wajib
Militer
Wacana wajib militer akhir-akhir ini
menjadi santer didiskusi dalam beragam respon dan argumentasi di kalangan
masyarakat sipil. Banyak penolakan bermunculan dari kalangan aktivis lembaga
swadaya masyarakat yang memaknai wajib militer, ada yang menyikapinya bahwa itu
penting serta da juga yang merasa bahwa itu tidaklah penting!
Dalam teori pertahanan, wajib militer
dikenal dengan istilah compulsory military service. Istilah ini dipakai di
Singapura, Iran, dan Amerika Serikat. Sedangkan tetangga kita, Malaysia,
menggunakan istilah program latihan khidmat negara.
Ada beberapa alasan yang mendasari wajib
militer ini. Pertama, pembentukan semangat patriotisme di kalangan generasi
muda. Kedua, sebagai komponen cadangan pertahanan negara, dimana menurut modern
defence jumlah tentara haruslah terbatas, memiliki keahlian tinggi (expert dan
profesional). Tentara berfungsi sebagai special force yang dilengkapi dengan
persenjataan high technology. Ketiga, wajib militer diterapkan dalam kondisi
perang, yang membutuhkan mobilisasi pasukan dalam skala besar. Hal ini acap
dilakukan Amerika Serikat, dengan konsep concription seperti dalam Perang Dunia
II. Concription berhasil membentuk citizen soldier, hingga berhasil membebaskan
Eropa dari ancaman ‘setan fasisme’. Concription dibentuk tidak hanya
semata-mata atas dasar instruksi negara, tetapi juga atas dasar sukarela dari
warga negara. Citizen soldier melibatkan warga negara yang memiliki pekerjaan
tetap, cukup umur, juga pada warga negara yang akan berpergian keluar negeri.
Wajib Militer merupakan sebuah kewajiban
bagi setiap warga negaranya yang berusia muda (biasanya 18- 30 th max).
Seluruh pemuda berusia 18 tahun diwajibkan
mengikuti program wajib militer selama 3 tahun bagi pria dan 2 tahun bagi
wanita. Setelah menggenapi masa wajib militer para pemuda pemudi diizinkan
melanjutkan perkuliahan mau pun mencari pekerjaan.
Berikut
daftar Negara-negara yang memberlakukan wajib militer, diambil dari wikipedia
Aljazair, Angola, Austria, Bolivia, Brasil,
Chile, Republik Cina (Taiwan), Eritrea, Estonia, Finlandia, Georgia, Israel,
Iran, Korea Selatan, Korea Utara, Kroasia, Kuba, Kuwait, Malaysia, Mesir,
Myanmar, Norwegia, Paraguay, Polandia, Romania, Rusia, Seychelles, Siprus,
Singapura, Suriname, Suriah, Swedia, Swiss, Thailand, Turki, Ukraina,
Venezuela, Yunani serta Negara-negara anggota Persemakmuran Negara-Negara
Merdeka (Belarus, Kazakhstan, Uzbekistan, Armenia, Moldova, dll), kecuali
Ukraina.
1. Mesir : Dengan jangka waktu Wajib
Militer selama 12 sampai 30 bulan. Wajib Militer di Mesir diwajibkan bagi warga
negara yang berusia 18 sampai 30 tahun. Selain itu, untuk menghindari
pelanggaran-pelanggaran yang ada. Pemerintah Mesir tidak mengizinkan Warga
Negaranya yang berumur kurang dari 25 tahun berpergian ke luar negeri tanpa
persetujuan Kementerian Ketahanan dan Keamanan.
2. Republik Cina (Taiwan) : Pada Republik
Taiwan sudah ditetapkan sejak tahun 1949. Tetapi pada tahun 2007, masa Wajib
Militer di Taiwan dipotong menjadi lebih pendek menjadi 14 bulan.
3. Korea Selatan : Berbeda dengan Wajib
Militer pada umumnya, di Korea Selatan wajib militer diperbolehkan dengan
jangkauan umur 18-35 tahun. Jangka waktu Wajib Militer pun lebih lama, yaitu 24
bulan.
4. Malaysia : biasa disebut Program Latihan
Khidmat Negara (PLKN) di Malaysia, program ini dilaksanakan untuk Pria yang
berumur 18 tahun ke atas. Dengan jangka waktu pendek (3 bulan). Program ini
dicanangkan pemerintah Malaysia sejak Desember 2003.
5. Singapura : disebut National Service di
Singapura. Diwajibkan untuk Pria yang berumur 18 tahun ke atas. Dengan jangka
waktu Wajib Militer 22 sampai 24 bulan. Program ini dijalankan sejak 1967.
6. Rusia : Di Rusia, program Wajib Militer
diwajibkan bagi seluruh Pria yang berumur 18-27 tahun (tanpa terkecuali).
Awalnya Wajib Militer di Rusia mempunyai jangka waktu 18 bulan. Tetapi mulai
tahun 2008 jangka waktu wajib militer dikurangi menjadi 12 bulan.
7. Swiss : Berbeda dengan di negara lain.
Di Swiss seseorang boleh saja tidak mengikuti Wajib Militer pada masa hidupnya,
tetapi orang tersebut diwajibkan membayar pajak penghasilan 3% lebih banyak
daripada orang yang mengikuti wajib militer.
8. Brasil : Brazil sudah mempunyai sistem
Wajib Militer sejak 1906. Yang diperuntukan bagi pria yang sudah berumur 18
tahun ke atas. Tetapi hukum yang mengatur tentang wajib militer baru disahkan
pada tanggal 17 Agustus 1964.
9. Israel : Israel mewajibkan semua warga
negaranya, tanpa terkecuali Pria atau Wanita mengikuti Wajib Militer. Pria
diwajibkan mengikuti wajib militer selama 30 bulan, sementara wanita selama 18
bulan.
10. Turki : Banyak peraturan-peraturan unik
yang ada pada Wajib Militer di Turki, para Mahasiswa S1 (atau yang akan
menempuh S1) diperbolehkan untuk menunda wajib militernya. Selain itu,
mahasiswa S1 atau lebih, diperbolehkan mengikuti Wajib Militer Pelayanan publik
dengan jangka waktu singkat yaitu 6 bulan.
11. Aljazair : Negara ini melaksanakan
Wajib Militer sejak 1954 seiring dengan adanya gerakan kemerdekaan untuk
Aljazair.
Adapun negara-negara lain yang melaksanakan
Wajib Militer :
12. Angola
13. Austria
14. Bolivia
15. Chili
16. Eritrea
17. Estonia
18. Finlandia
19. Georgia
20. Iran
21. Korea Utara
22. Kroasia
23. Kuba
24. Kuwait
25. Myanmar
26. Norwegia
28. Negara-negara anggota Persemakmuran
Negara-Negara Merdeka (Belarus, Kazakhstan,
Uzbekistan, Armenia, Moldova, dll),
kecuali Ukraina.
29. Paraguay
30. Polandia
31. Romania
32. Seychelles
33. Siprus
34. Suriname
35. Suriah
36. Swedia
37. Thailand
38. Ukraina
39. Venezuela
40. Yunani
Apapun profesi kita, mau artis mahasiswa ya
wajib ikutan militer. Ya, tentunya akan diberi syarat tertentu. Di Korea,
banyak artis-artis yang harus menjalani wajib militer dan meninggalkan
karirnya.
Pria di Korea Selatan yang berumur 20-30
tahun diwajibkan mengikuti program wajib militer selama 2,3-2,5 tahun
Setiap jumat, hampir bisa dipastikan jika
kita ke stasiun kereta api, akan bertemu dengan sejumlah anak muda yang
berseragam militer dan membawa ransel di pundaknya menunggu kereta.
Biasanya datang bersama satu regunya.
Mereka ini bukan tentara seperti di tempat
kita, tetapi anak muda yang sedang menjalani wajib militer.
Sebab di Swiss tidak banyak yang menjadi
anggota tentara biasa, tetapi semua rakyat harus menjadi tentara.
Undang-undang Wajib Bela Negara di Swiss
memang mengharuskan setiap anak laki laki muda berusia antara 19 sampai 34
tahun wajib mengikuti latihan militer. Sekitar 2/3 anak muda terkena kewajiban
ini, sedang perempuan sifatnya sukarela. Jumlah masa wajib militer ini selama
setahun, bisa dicicil perbulan setiap tahun, atau bisa ikut satu tahun penuh
selama masa wajib militer itu.
Partisipasi
sipil dan Tanggungjawab Negara
Program wajib militer bukan berarti
menciptakan masyarakat yang militeristik, namun untuk membentuk karakter
bangsa. Patriotisme dapat dipandang dalam ranah human security, seperti dalam
ketahanan pangan, hak asasi manusia, kemandirian ekonomi, dan pembangunan
industri nasional.
Cetak biru wajib militer tidak boleh
didominasi tentara. Keterlibatan masyarakat sipil dalam perumusan nilai
‘patrotisme’ adalah hal mutlak. Hal ini penting untuk menghindari
penyalahgunaan wajib militer untuk penyebaran ideologi militerisme. Dengan
demikian, wajib militer haruslah dibatasi pada ranah keahlian tehnis pertahanan
saja.
Wajib militer juga sangat penting untuk
membantu korban bencana alam, salah satu fungsi militer di luar perang. Jerman
mempraktekkan ini, dimana komponen wajib militer selama satu tahun diarahkan
langsung untuk penaganan bencana dan kecelakaan, termasuk pemadaman kebakaran.
Fasilitas militer, seperti helikopter, pesawat dan truk digunakan peserta wajib
militer untuk evakuasi penduduk.
Dalam hal penerapan wajib militer, Malaysia
dan Singapura dibilang sukses. Singapura sudah menerapkan wajib militer sejak
tahun 1976, sementara Malaysia mulai menerapkan wajib militer pada 2002.
Wajib militer dapat digunakan negara dalam
memenuhi hak ekonomi warganya. Di Iran contohnya. Negara ini mewajibkan kerja
sosial warganya yang tidak melanjutkan pendidikan SMU dan perguruan tinggi
melalui program wajib militer. Hal yang sama juga diterapkan oleh Korea
Selatan. Korea selatan mewajibkan pencari kerja harus sudah mengikuti wajib
militer.
Mengapa demikian?…Pelatihan Wajib Militer
adalah tempat menggodok seorang warga Negara sipil yang polos, menjadi seorang
yang tangguh, tanggon, trengginas, memiliki disiplin, kesetia kawanan/loyalitas
terhadap corps/bangsanya, rela berkorban, keberanian membela haknya, memiliki
ethos kerja tinggi….
Yang paling menyolok dalam kehidupan militer
adalah pemberlakuan hukum disiplin yang sangat ketat selama 24 jam dalam
sehari, 7 hari dalam seminggu dan 30 hari dalam sebulan serta 365 hari dalam
setahun… sehingga berlaku motto: “Disiplin adalah nafasku, pengabdian adalah
kebanggaanku…”
Bayangkan, bagaimana kalau seorang pemuda
yang masih polos, harus bangun setiap hari dengan terompet pagi antara jam
4-jam 5 pagi, terus apel senam pagi yang berudara sangat dingin di Cikole
Bandung, terus mandi pagi berombongan dipancuran air dingin sedingin es,
dilanjutkan makan pagi jam 6 pagi, terus mempersiapkan diri di barak,
membersihkan perlengkapan tidur dan laras senjata agar mengkilap,kemudian apel
pagi jam 7 pagi dengan berbagai acara pemeriksaan kebersihan dan kerapihan
perlengkapan mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala, pemeriksaan kebersihan
senjata. Terutama larasnya harus selalu mengkilap walau malamnya ada latihan
menembak malam….Selanjutnya selalu saja ada hukuman pada saat apel, baik
perorangan atau kolektip yang membuat hati kesal, jengkel dan akhirnya harus
pasrah.
Setelah selesai apel pagi, dilanjutkan
dengan berbagai latihan militer yang menguras tenaga, makan siang ransum
dilapangan, dilanjutkan latihan sore, makan malam, apel malam jam 21.00 dengan
berbagai acara pemeriksaan dan hukuman, sudah cape, ngantuk tapi harus tetap
giliran jaga malam setiap orang satu jam, tengah malam jam 02.00 diadakan latihan pendadakan harus
segera berpakaian dan bersenjata lengkap dan siap ditempat apel hanya dalam waktu
5 menit, kalau terlambat ( biasanya pasti terlambat) dihukum masuk comberan
tengah malam, jam 03.00 baru selesai, nanti jam 4.30 sudah terompet bangun pagi
lagi dan terus apel pagi jam 5 dst. Terus begitu dan begitu selama 3 bulan
nonstop, itulah gambaran latihan basis militer, belum masa perpeloncoannya yang
dipukuli sampai berdarah, dan latihan merayap ditembaki peluru tajam diatas
kepala, serta naik turun tebing serta meluncur tebing yang sangat berbahaya.
Setelah tiga bulan, sipemuda polos akan
berubah menjadi seorang pemuda yang siap untuk dibina menjadi seorang yang
bermanfaat bagi bangsa dan Negara dengan mental dan fisik yang kuat, yang
memiliki ethos kerja tinggi, apalagi kalau Latihan Wajib Militer diberlakukan 2
tahun seperti di Amerika Serikat.
Wajib
Militer sebagai solusi Krisis Nasionalisme
Wajib militer hanyalah sebuah istilah,
mungkin para reformator masih trauma dengan istilah militer. Tapi substansi di
balik wajib militer adalah bela Negara serta pembentukan karakter bagi kaum
muda. Karena pada dasarnya membela negara merupakan kewajiban setiap warga
negara yang dijamin dalam UU setiap Negara. Kalau bukan kita, lalu siapa lagi
yang harus membela negeri dan bangsa ini. Program wajib militer tentu tidak
harus berurusan dengan senjata, tetapi yang lebih penting adalah menanamkan
jiwa dan semangat nasionalisme di hati sanubari kalangan generasi muda kita.
Dalam beberapa dekade ini, bangsa kita
tengah mengalami krisis nasionalisme. Sebagian anak bangsa seakan enggan
menjadi orang Indonesia. Wujudnya macam-macam, ada yang menjadi agen asing,
menjadi teroris untuk menghancurkan bangsa sendiri, menjadi pengikut aliran
sesar, ada pula yang dengan sengaja menjual kemiskinan bangsa sendiri untuk
mendapatkan dollar, hingga maraknya gerakan separatis di dalam negeri.
Rencana Pemerintah untuk menerapkan wajib
militer bagi setiap warga negara merupakan langkah yang tepat dan patut
didukung oleh semua elemen bangsa. Pemerintah perlu mensosialisasikan gagasan
itu secepat mungkin sampai ke pelosok-pelosok negeri ini. Hal itu penting,
lebih-lebih untuk mengakomodasi keinginan anak bangsa bagaimana sebaiknya
program latihan itu diterapkan, dan apa manfaatnya bagi keutuhan Negara
tercinta.
Namun, berbagai pihak menentang Wajib
Militer, kalau ada yang menolak karena tak mau angkat senjata, harus kita pertanyakan
jiwa nasionalismenya. Di mana letak kebanggaan dan cintanya kepada bangsa dan
negara ini? Bukannya berlindung dengan alasan melanggar hak asasi manusia
sebagai senjata andalan untuk menolak wajib militer tersebut. Di Amerika
sendiri sebagai tempat lahirnya hak asasi manusia, wajib militer justru
diberlakukan. Dan tidak pernah kita dengar warga masyarakat mengajukan komplain
kepada pemerintahnya.
Yang paling kita sesalkan dan mengejutkan
adalah adanya penolakan dari kalangan-kalangan tertentu, mereka tidak pantas
menjadi provokator untuk menolak kehadiran wajib militer dengan alasan
membebani anggaran pendapatan dan belanja negara. Jika mereka mempermasalahkan
masalah dana yang menjadi kendala dalam pelaksanaan wajib militer, kenapa ada
elemen yang bergelimang dengan sejumlah fasilitas negara yang serba wah plus
gaji tinggi per bulan tidak pernah diutak-atik?, uang Negara yang dikorupsi
mencapai Jutaan Dolar, kenapa itu mesti terjadi?.
Dengan demikian, semua pihak yang menolak
penerapan wajib militer tersebut hendaknya jangan terlalu apriori terlebih
dulu. Sebab, bila ini yang terjadi, kapan negara kita akan maju? Apalagi
beberapa negara-negara maju lainnya sudah lebih dulu menerapkan wajib militer
dan hasilnya dapat mereka menikmati.
Wajib Militer mengajarkan kita banyak hal
akan kebangsaan dan nasionalisme, ketika wacana ini benar diterapkan, saya
yakin jikapun dilakukan survey, maka konsep kebangsanaan dan nasionalisme para
anak muda akan berubah drastis. Anak muda tidak lagi disibukkan dengan geng
motor, pesta narkoba, mabuk-mabukan dll. Mereka akan belajar menghargai bangsa,
untuk menghargai bangsa maka secara tidak langsung mereka akan belajar
menghargai sumber daya alam dan manusia, itu berarti mereka akan menghargai
diri mereka sendiri.